Liputan6.com, Jakarta – Belakangan ini, dunia anak-anak tak lepas dari gawai. Dari belajar daring hingga hiburan seperti menonton video atau bermain game, anak-anak semakin akrab dengan layar digital. Namun, tanpa pengawasan dan kontrol yang bijak, akses ini bisa berubah menjadi bumerang: kecanduan game.
Kontrol Orang Tua Adalah Kunci
Dalam kegiatan Taman Asuh Sayang Anak di Kelas Orang Tua Hebat (TAMASYA di KERABAT) Seri 4 Tahun 2025 yang mengangkat tema “Game Over atau Take Control?: Bimbing Anak Hadapi Dunia Game”, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sekaligus Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, S.Sos, menegaskan pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak berinteraksi dengan game.
“Game online berisiko menyebabkan adiksi atau kecanduan, apabila tidak ada kontrol dari orang tua, keluarga, atau pengasuh,” tegas Wamen Isyana pada acara yang digelar secara hybrid di kantor Kemendukbangga/BKKBN, Kamis (22/5/2025).
Bukan hanya kecanduan, bahaya lain yang mengintai anak di dunia digital adalah predator daring.
“Ancaman serius lainnya adalah keberadaan predator daring yang seringkali menyamar sebagai teman sebaya untuk mendekati, memanipulasi, dan mengeksploitasi anak. Hal ini dapat menjadi celah terjadinya kekerasan pada anak, baik secara psikologis, seksual, potensi bullying, dan kekerasan lainnya,” lanjutnya.
Bukan Melarang, Tapi Mengarahkan
Pendekatan terbaik bukan dengan melarang total, melainkan dengan mengarahkan dan menetapkan batasan yang sehat. Hal ini ditegaskan oleh Dr. dr. Fitri Hartanto, SpA (K), yang hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut.
“Perlu peran pemerintah, terlebih lagi peran keluarga, untuk mencegah kecanduan game pada anak,” ujar Dr. Fitri. Ia menyarankan agar keluarga bekerja sama dengan psikolog dan pendidik dalam menyediakan program edukatif yang mudah diakses, murah, dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks lokal.