Jakarta – Need for Speed: Most Wanted menjadi salah satu game balapan paling ikonik sepanjang masa, terutama di kalangan gamer Indonesia. Meski dikenal lewat gameplay kejar-kejaran dengan polisi, tak banyak yang tahu bahwa game ini sebenarnya memiliki alur cerita penuh intrik dan pengkhianatan.
Berlatar di kota fiktif Rockport, cerita dimulai dengan sang karakter utama (MC) yang datang sebagai pembalap baru menggunakan BMW M3 GTR. Ia kemudian bertemu dengan Mia, pembalap wanita misterius, dan Razor, anggota peringkat ke-15 dari kelompok pembalap elit bernama Blacklist — daftar buronan utama kepolisian Rockport (RPD).
Dalam balapan taruhan besar melawan Razor, MC kalah setelah mobilnya disabotase hingga mogok di tengah jalan. Razor pun merebut BMW M3 GTR dan naik menjadi Blacklist Nomor 1. MC ditangkap oleh Sergeant Cross, tapi kemudian dibebaskan karena kurang bukti.
Dibantu oleh Mia, MC kembali ke dunia balap liar untuk mendaki peringkat Blacklist dan merebut mobilnya kembali. Ia menantang satu per satu pembalap dari posisi 15 hingga 1, mulai dari Sonny (Volkswagen Golf GTI), Taz (Lexus IS300), Izzy (Mazda RX-8), hingga Bull (Mercedes SLR McLaren) — rekan Razor sendiri.
Setelah mengalahkan seluruh anggota Blacklist, MC akhirnya menantang Razor dalam duel terakhir. Razor kalah dan MC berhasil merebut kembali BMW M3 GTR miliknya. Namun, ketika polisi datang untuk menangkap para pembalap, identitas asli Mia terungkap — ia ternyata adalah agen penyamaran kepolisian Rockport.
Alih-alih menangkap MC, Mia justru melemparkan kunci mobil dan membantunya melarikan diri. Kejar-kejaran epik pun terjadi, berujung pada adegan legendaris ketika MC melompati jembatan putus untuk kabur dari pengejaran polisi.
Sergeant Cross gagal menangkap MC dan kemudian mengundurkan diri dari kepolisian untuk menjadi bounty hunter, memburu MC yang kini resmi menyandang gelar “Most Wanted” nasional.
Cerita berakhir dengan MC berhasil kabur dari Rockport, meninggalkan jejak sebagai pembalap paling dicari dalam sejarah Need for Speed.