
Industri esports terus berkembang pesat, salah satunya dengan adopsi sistem waralaba (franchise) yang memungkinkan organisasi membeli slot tetap di liga resmi. Model ini mirip dengan olahraga tradisional seperti NBA, di mana tim tidak mengalami degradasi dan memiliki hak eksklusif bertanding.
Beberapa liga esports besar yang menggunakan sistem franchise antara lain League of Legends Championship Series (LCS), Overwatch League (OWL), VALORANT Champions Tour (VCT), dan PUBG Global Series (PGS). Dalam model ini, tim membayar biaya keanggotaan, menerima pendapatan hak siar dan sponsor bersama, serta dukungan infrastruktur dari penyelenggara.
Keunggulan sistem franchise meliputi stabilitas jangka panjang, pendapatan lebih konsisten, dan dukungan langsung dari publisher seperti Riot Games. Namun, model ini juga mendapat kritik karena biaya masuk yang tinggi dan sulitnya tim baru menembus liga tertutup.
Di Indonesia, waralaba esports masih baru dan sebagian besar masih mengandalkan sistem turnamen terbuka. Namun, Mobile Legends Professional League (MPL) sudah mulai menerapkan sistem franchise dengan tim-tim besar seperti RRQ, EVOS, ONIC, dan Bigetron.
Waralaba esports dianggap sebagai evolusi menuju industri yang lebih profesional dan berkelanjutan, serta berpotensi menjadi standar baru di masa depan, terutama di Asia Tenggara dan Indonesia.