Jakarta – Sejumlah karyawan Electronic Arts (EA) dilaporkan merasa frustrasi dengan kebijakan internal perusahaan yang mewajibkan peningkatan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam hampir semua aspek pekerjaan. Laporan ini pertama kali diungkap oleh Business Insider melalui wawancara dengan beberapa sumber anonim dari dalam perusahaan.
Menurut laporan tersebut, EA kini mendorong karyawannya untuk menggunakan berbagai alat berbasis AI, termasuk chatbot internal bernama ReefGPT, yang dirancang untuk membantu proses pembuatan kode, desain level, hingga pengambilan keputusan kreatif. Namun, hasil kerja AI tersebut disebut sering kali masih membutuhkan banyak perbaikan, sehingga justru menambah beban tim.
Beberapa karyawan juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa peran mereka bisa digantikan oleh AI. Bahkan, seorang mantan karyawan Respawn Entertainment yang terkena PHK massal awal tahun ini menduga bahwa teknologi AI telah menggantikan sebagian tugas tim QA, seperti meninjau dan merangkum umpan balik dari play tester.
Selain itu, dokumen internal menunjukkan bahwa EA mewajibkan sebagian karyawan untuk mengikuti kursus pelatihan AI dan menggunakan alat generatif setiap hari sebagai “rekan berpikir”. Teknologi ini bahkan digunakan untuk membantu membuat keputusan manajerial atau menyusun pertanyaan dalam proses promosi kerja.
Langkah EA ini menuai pro dan kontra di kalangan karyawan. Sementara perusahaan menilai AI dapat meningkatkan efisiensi dan kreativitas, sebagian pegawai menilai kebijakan tersebut justru menciptakan tekanan baru serta ketidakpastian akan masa depan pekerjaan mereka di industri game.
