akarta – Platform komunikasi populer Discord membantah kabar yang menyebut mereka mengalami kebocoran data besar-besaran hingga 1,5 terabyte. Dalam pernyataan resmi kepada Insider Gaming, Discord menegaskan bahwa klaim kelompok peretas tersebut tidak akurat dan dibesar-besarkan.
Juru bicara Discord, Nu Wexler, menjelaskan bahwa insiden ini bukan terjadi pada sistem utama Discord, melainkan pada perusahaan pihak ketiga yang menangani layanan pelanggan mereka. Data yang terekspos pun hanya terkait proses verifikasi usia pengguna, bukan data sensitif dari server utama.
Discord menyebut sekitar 70.000 pengguna secara global mungkin terdampak, dengan sebagian data berupa foto identitas pemerintah, alamat email, username, alamat IP, dan informasi pembayaran. Semua pengguna yang terindikasi terdampak telah dihubungi secara langsung.
Perusahaan juga menegaskan tidak akan memenuhi permintaan tebusan atau melakukan pembayaran kepada pihak peretas.
“Kami tidak akan memberikan bayaran apa pun kepada pihak yang telah melakukan tindakan ilegal ini,” ujar Wexler.
Setelah insiden yang terjadi pada akhir September dan diumumkan pada 3 Oktober itu, Discord telah menghentikan kerja sama dengan vendor yang diretas, mengamankan sistem yang terpengaruh, serta bekerja sama dengan otoritas keamanan dan pakar data.
Discord menegaskan komitmennya untuk terus melindungi data pengguna dan menjaga kepercayaan komunitasnya di tengah kekhawatiran akibat isu kebocoran tersebut.